Menghadapi Proses Persalinan (2)

  • Tips Atasi Nyeri Saat Persalinan
  • Setiap proses bersalin sulit dilepaskan dari rasa nyeri yang selalu menyertainya. Mengapa muncul rasa nyeri ini? Ternyata, nyeri bersalin berasal dari gerakan (kontraksi) rahim yang berusaha mengeluarkan bayi keluar. Jadi rasa nyeri ini memang harus ada agar bayi dapat keluar dengan lancar dan selamat.
    Selain rasa nyeri yang terasa di seluruh bawah perut, seringkali ibu juga merasakan sakit punggung. Yang terakhir ini timbul karena kepala bayi yang menekan tulang belakang seiring perjalanannya keluar dari rahim sepanjang jalan lahir.

    Kenapa timbul nyeri bersalin?
    1. Gerakan kontraksi rahim menyebabkan otot-otot dinding rahim mengerut, menjepit pembuluh darah, sehingga timbul nyeri.
    2. Vagina (jalan lahir) dan jaringan lunak di sekitarnya meregang, sehingga terasa nyeri.
    3. Keadaan mental si ibu (ketakutan, cemas, khawatir atau tegang), serta hormon prostaglandin yang meningkat sebagai respons terhadap stres.

    Untuk mengatasi rasa nyeri saat persalinan ini, coba terapkan tips berikut:
    1. Selama kontraksi, coba ambil posisi seperti merangkak di atas matras. Posisi ini mengurangi tekanan kepala bayi terhadap tulang punggung Anda. Dalam posisi merangkak ini, lurukan tangan dan punggung. Saat kontraksi selesai, taruhlah banyak bantal-bantal untuk menyangga kepala Anda. Dan saat kontraksi mulai lagi, singkirkan bantal-bantal tersebut agar Anda dapat kembali dalam posisi merangkak lagi.
    2. Mintalah pasangan Anda memijat punggung bawah, atau mengompres punggung Anda dengan air hangat di antara saat-saat kontraksi. Gunakanlah talk atau vaselin sebagai pelicin saat memijat.
    3. Bergeraklah terus di antara tiap kontraksi. Ini akan membantu Anda untuk mengatasi rasa nyeri saat persalinan. Saat kontraksi, pilihlah posisi yang paling nyaman.
    4. Pertahankan posisi punggung yang tegak, baik saat berdiri, duduk, maupun posisi lainnya. Gunanya agar kepala bayi tetap berada di leher rahim dengan baik, sehingga kontraksi yang terjadi semakin kuat dan efektif.
    5. Berkonsentrasilah pada pernafasan Anda, untuk menenangkan dan mengurangi rasa sakit.
    6. Bernyanyilah atau bersuaralah saat nyeri timbul untuk melepaskan rasa nyeri Anda. Namun, tidak perlu terlalu keras agar tidak membuang energi yang sangat Anda perlukan saat pengeluaran bayi nantinya.
    7. Berkonsentrasilah pada tiap kontraksi. Jangan memikirkan rasa sakit atau ketakutan untuk kontraksi yang berikutnya. Cobalah untuk melihat kontraksi sebagai gelombang yang harus diikuti untuk mencapai saat pengeluaran sang bayi.
    8. Buang air kecil sesering mungkin agar kandung kencing tidak menghalangi saat kontraksi.
    9. Jika perlu, Anda bisa minta dibius secara epidural untuk mengurangi nyeri.
    Epidural adalah pembiusan untuk mengurangi rasa sakit dengan membuat baat sementara saraf-saraf di tubuh bagian bawah. Epidural harus diberikan secukupnya saja, sehingga pada tahap 2 persalinan (yaitu tahap pengeluaran bayi), pembiusan ini sudah menghilang. Apabila pembiusan ini tidak menghilang pada tahap 2 tersebut, maka proses pengeluaran bayi dapat menjadi lebih lama dan mungkin harus dilakukan episiotomi (pengguntingan vagina agar jalan lahir keluar bayi lebih luas) atau harus dipergunakan alat bantu forseps untuk melahirkan bayi.


  • Gangguan dalam Proses Persalinan

  • Meskipun umumnya berjalan normal, kadang-kadang ada juga persalinan yang menemui hambatan/gangguan. Gangguan dalam proses persalinan yang sering dijumpai adalah distosia, gangguan pengeluaran plasenta, dan luka di jalan lahir.
    Distosia (persalinan yang sulit)
    Distosia atau persalinan yang sulit dan tidak bisa berlanjut bisa diakibatkan tidak memadainya tenaga his ibu, janin terlalu besar, atau kelainan jalan lahir ibu (misalnya panggul terlalu sempit). Biasanya dokter akan berusaha menolong dengan vakum, cunam/forsep, atau sesar.
    Gangguan pengeluaran plasenta
    Jika distosia terjadi pada persalinan tahap 1 dan 2, maka gangguan pengeluaran plasenta baru terjadi di tahap 3. Meskipun timbul saat bayi sudah lahir, gangguan ini tidak bisa dianggap sepele. Gangguan pada pengeluaran plasenta (misalnya plasenta tidak keluar sempurna, atau perdarahan setelah palsenta keluar kelewat banyak) bisa menimbulkan perdarahan pasca persalinan (P3) yang dikenal sebagai salah satu penyebab kematian ibu melahirkan yang paling sering. Karena itu, para dokter dan bidan selalu mengawasi ibu yang baru melahirkan dengan cermat, agar gangguan ini tidak terjadi. Penyebab gangguan pengeluaran plasenta diantaranya kontraksi rahim yang tidak cukup baik, plasenta hanya terlepas sebagian atau tertinggal sebagian dalam rongga rahim, atau akibat kelainan pembekuan darah ibu.
    Luka di jalan lahir
    Luka di jalan lahir bisa timbul saat proses bersalin. Misalnya vagina (jalan lahir) mengalami robekan, memar, atau bengkak; hematoma obstetrik (gumpalan darah akibat cederanya pembuluh darah akibat gerakan kepala janin saat bersalin, tusukan pembuluh darah selama anestesi lokal, dll); robekan rahim, dll. Jika tidak diketahui dan dibiarkan saja, luka ini juga bisa mengakibatkan perdarahan. Sekali lagi, dokter dan bidan selalu mengecek ada tidaknya luka dalam tahap 3 atau 4, supaya bisa segera ditangani (dijahit dsb).
    Meskipun tampaknya sangat berbahaya, sebenarnya gangguan-gangguan ini tidak selalu dijumpai. Sepanjang ibu giat periksa hamil, menyantap cukup makanan bergizi, cukup beristirahat, tidak merokok/minum minuman keras/menggunakan narkoba, niscaya persalinan berjalan normal dan ibu segera bisa menimang sang buah hati dalam kondisi sehat dan bahagia.


    Sumber : Buklet Prenagen

    Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    Back To Blogger

    Aulia 22 Bulan

    Ke Dokter